Oleh : Al ustadz Gus Abdullah Murtadho
Belajar dan mengajar Alquran al karim.
“ Yang terbaik diantara kalian adalah orang yang belajar Alquran dan mengajarkannya “
Kalau kita hayati , melalui kalimat ini sejak dulu kala Rasulullah saw telah menekankan akan pentingnya belajar dan mengajarkan Alquran. Beliau menunjukkan tingginya nilai aktifitas pengajaran Alquran tersebut bahkan mengajak untuk memperluas wilayah pembelajaran dan pengajaran Alquran agar dapat menjangkau seluruh manusia dimanapun dia berada dan di zaman apapun dia hidup.
Siapakah pengajar Alquran yang pertama kali ?
Sesungguhnya pengajar Alquran yang pertama kali adalah Allah SWT sebagaimana firman-Nya di dalam surat ar Rahman ayat 1- 4 :
(1). (Tuhan) Yang Maha Pemurah. (2). Yang telah mengajarkan al Quran. (3).Dia menciptakan manusia. (4). Mengajarnya penjelasan
Allah swt lah yang mengajarkan Alquran , menurunkannya , kemudian memilih umat mana yang akan membaca kitab-Nya dan mempelajarinya. Ini merupakan anugerah yang agung dan nikmat yang sempurna. Allah memuliakan umat tersebut lantas mengizinkan mereka mempelajari dan membaca kalam suci-Nya kapan saja mereka mau. Ini adalah nikmat tiada tara. Kalam Allah yang luhur lagi suci ini keluar melewati mulut kita, mengalir diatas lisan kita dan melintasi hati kita, sebab setiap kali kita memahami dan mentadabburinya maka artinya saat itu pula kita melintaskannya melalui hati kita.
Jika kita hayati lagi lebih mendalam, kita akan menemukan makna yang demikian : “apabila Allah swt sendiri yang mengajarkan Alquran maka artinya manusia adalah pelajar, mutalaqqy alias akseptor yang menerima ilmu secara langsung dari Tuhannya”.
Pendidikan rabbaniy ini telah dijelaskan didalam beberapa surat. Dan konon yang pertama kali menerimanya adalah Nabiyullah Adam AS sebagai manusia pertama dan yang pertama kali menghuni dan mengolah bumi. , Allah swt berfirman
“ Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya “
Demikian pula seluruh para Nabi AS, mereka menerima ilmu dari Allah SWT melalui metode pewahyuan lalu mereka sampaikan kepada umat manusia. Ini artinya konon mereka belajar terlebih dahulu, baru kemudian mengajarkan apa yang telah dipelajari kepada umatnya. Lantas para Nabi AS mengajarkan kebaikan kepada manusia dan mengajak mereka kepada hidayah.
Adapun tentang bagaimana Allah telah memilih para Nabi dan mengajarkan ilmu kepada mereka, Alquranul karim telah menjelaskan kepada kita, diantaranya Allah swt berfirman :
“ Allah berfirman: "Hai Musa, sesungguhnya Aku memilih (melebihkan) kamu dan manusia yang lain (di masamu) untuk membawa risalah-Ku dan untuk berbicara langsung dengan-Ku, sebab itu berpegang teguhlah kepada apa yang Aku berikan kepadamu dan hendaklah kamu termasuk orang-orang yang bersyukur”. Dan telah Kami tuliskan untuk Musa pada lauh-lauh (Taurat) segala sesuatu sebagai pelajaran dan penjelasan bagi segala sesuatu; maka (Kami berfirman): "Berpeganglah kepadanya dengan teguh dan suruhlah kaummu berpegang kepada (perintah-perintahnya) dengan sebaik-baiknya “ (QS al A’raf, 144 – 145 ).
Ayat ini menjelaskan bagaimana Sayyidina Musa AS diajari dan diperintah mengambil Alkitab dengan segenap kesungguhan lalu mengajarkannya kepada kaumnya dan memberi mereka petunjuk kepada kebaikan. Maka Nabi Musa AS awalnya adalah seorang pelajar (muta’allim) dan kemudian Beliau AS menjadi pengajar (mu’allim).
Dan mengenai Nabi Yahya AS Allah swt berfiman “ Hai Yahya, ambillah Alkitab (Taurat) itu dengan sungguh-sungguh “ ( QS Maryam, 12 ).
Kalimat “ambilah alkitab itu dengan sungguh-sungguh” tersebut menyiratkan makna belajar, mengajar berpegang teguh terhadap hukum-hukum dan ketetapan-ketetapan dalam aqidah dan iman sebagaimana pula dikuatkannya anjuran memiliki tabiat yang mulia dan melaksanakan segala kewajiban serta tanggungjawab.
Dan begitu pula firman Allah ta’ala :
“Dan Kami berikan Zabur kepada Daud “ ( QS an Nisa : 163 ) .
Pada bagian lain diterangkan bahwa Allah swt telah mengajari nabi Daud as membuat zirah besi sebagai pelindung dari bahaya pada hari peperangan , lantas Allah swt berfirman :
“Dan telah Kami ajarkan kepada Daud membuat baju besi untuk kamu, guna memelihara kamu dalam peperanganmu; Maka hendaklah kamu bersyukur (kepada Allah)” (QS al Anbiya : 80).
Ayat ini mengisyaratkan kepada kita akan pentingnya menerjemahkan ilmu nadzariy yang ada didalam Alquran kedalam penelitian , percobaan dan penemuan untuk kemudian ditransformasikan kedalam realita kehidupan manusia. Ayat ini juga mendorong kita terus melatih dan menjadikan terjemahan ilmu nadzariy tersebut menjadi praktek riil demi peningkatan kualitas hidup dan peradaban. Maka seorang muslim yang memegang teguh dan terus bersandar kepada petunjuk yang berasal dari Alquran adalah seorang sosok aktivis kehidupan yang bersifat konstruktif dan positif didalam masyarakat , figur yang unggul dalam produksi dan ikhlas didalam aktivitas serta amaliyahnya. Setelah ia bersungguh-sungguh mempelajari memahami dan menimba ilmu aqidah, fiqih, hukum-hukum syariat dan akhlaq, dia tidak berhenti hanya sampai disini, akan tetapi dia terus menerus tanpa henti mempelajari ilmu-ilmu dan penemuan-penemuan apa saja dari Alquran yang bermanfaat bagi muslimin.
Tentang Nabi Isa as Allah SWT berfirman :
“ Dan Allah akan mengajarkan kepadanya Al Kitab, Hikmah, Taurat dan Injil “. (QS Ali Imron, 48).
Dan pada khithabNya terhadap Sayyiduna Muhammad SAW, Allah Berfirman :
“Dan (juga karena) Allah telah menurunkan Kitab dan hikmah kepadamu, dan telah mengajarkan kepadamu apa yang belum kamu ketahui. Dan adalah karunia Allah sangat besar atasmu” (QS Annisa, 113).
Allah swt juga berfirman :
“Dan demikianlah Kami wahyukan kepadamu wahyu (Al Quran) dengan perintah Kami. Sebelumnya kamu tidaklah mengetahui apakah Al Kitab (Al Quran) dan tidak pula mengetahui apakah iman itu, tetapi Kami menjadikan Al Quran itu cahaya, yang Kami tunjuki dengan dia siapa yang kami kehendaki di antara hamba-hamba Kami. Dan sesungguhnya kamu benar-benar memberi petunjuk kepada jalan yang lurus” (QS Assyura, 52).
Dari ayat ini kita dapat melihat bagaimana Allah swt menampakkan kesan manis dengan menggunakan susunan yang terindah di dalam Alquran akan nikmat turunnya wahyu berupa kitab agung yang tidak memiliki satu kesalahanpun baik di depannya maupun di belakangnya disaat Rasulullah SAW melewati beberapa saat dari umurnya tanpa mengetahui apa itu Alkitab dan apa itu iman.
Dan Allah swt berfirman :
“Dan kamu tidak pernah membaca sebelumnya (Al Quran) sesuatu Kitabpun dan kamu tidak (pernah) menulis suatu Kitab dengan tangan kananmu; andaikata (kamu pernah membaca dan menulis), benar-benar ragulah orang yang mengingkari(mu)” (QS Al Ankabut, 48).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar