Oleh : Al ustadz Gus Abdullah Murtadho
*wakil ketua madrasah diniyah PIQ Singosari , cucu pengasuh PIQ KH.M. Bashori Alwi
*alumnus Rubath 'Alawiyyah , Hadromaut - Yaman
Awal turunnya Alquran pada hati Rasulullah saw di gua Hira’ merupakan titik balik yang memisahkan dua era yang benar–benar berbeda dan bertolak belakang , yaitu era jahiliyah dengan segala kegelapav n dari kebodohan, kemunduran, kedzalimannya, bahkan tidak dianggap di dalam peradaban umat manusia dan era iman dengan segala ilmu pengetahuan, kemajuan di berbagai bidang dan aspek kehidupan, akhlaq yang mulia dan tercatat sebagai peradaban yang paling gemilang sepanjang masa dan bernilai tinggi.
Konon semua itu merupakan konsekwensi dan hasil yang didapatkan dari kesadaran dan perhatian penuh terhadap Alquran berikut totalitas dalam pengambilan petunjuk darinya. Dan demi meraih semua itu -tidak bisa tidak- haruslah didahului dengan praktek pengajaran dan pembelajaran Alquran terlebih dahulu yang mana pengajaran dan pembelajaran Alquran ini memiliki beberapa tahap :
1. Penyampaian bacaan Alquran ( pengenalan huruf, cara baca, tajwid , waqaf dan ibtida’ ) sebagaimana ia diturunkan.
2. Penghafalan , pemahaman dan pentadabburan
3. Pengamalan dan praktek hasil pemahaman dan tadabburnya
4. Penerjemahan Alquran kedalam realita kehidupan
Walhasil realita sejarah telah membuktikan bahwa peran belajar dan mengajar Alquran ini mampu membangun peradaban dan menyelamatkan umat manusia dari jurang system jahiliyah berikut pola pikir dan pengaruhnya lalu ia bangkit melesat menuju puncak peradaban dimana semua itu diproses dengan tahapan tarbawiy yang harmonis, halus dan manis dan jauh dari perubahan secara tiba-tiba dan frontal yang disharmonis dan jauh dari kata indah.
“ ironisnya anak-anak kita sebagai generasi muda islam yang kita harapkan mampu membawa islam kembali ke kejayaannya, pembelajaran Alquran mereka terputus hanya di tahap pertama saja, alias bisa membaca Alquran saja sudah dianggap cukup oleh para orang tua “
Tidak ada komentar:
Posting Komentar