Oleh : Al ustadz Gus Abdullah Murtadho
Ajakan Untuk Membaca
Betapa menakjubkan peristiwa turunnya wahyu kepada Nabi Muhammad SAW di gua Hira’ ini, di mana tartil Alquran petama kalinya diawali dengan pengulangan kalimat “bacalah!..bacalah!..bacalah!..” –sampai dengan kalimat- yang telah mengajar dengan pena. Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.
Wahyu pertama ini di dalamnya terdapat perintah membaca, peringatan akan ilmu, belajar dan mengajar, bahkan pena yang merupakan suatu alat untuk menulis. Seakan mengatakan dengan lantang : “ooooh…. betapa baik dan agungnya seseorang yang belajar agar keluar dari gelapnya kebodohan menuju cahaya ilmu sehingga ia keluar dari keragu-raguan yang muncul dari penyelewengan dan kesesatan lalu ia melesat menuju cahaya-cahaya haqiqi yang terang benderang dan sinar pengetahuan yang membuka cakrawala dan menyadarkan hati
“(Ini adalah) Kitab yang Kami turunkan kepadamu supaya kamu mengeluarkan manusia dari gelap gulita kepada cahaya terang benderang dengan izin Tuhan mereka, (yaitu) menuju jalan Tuhan Yang Maha Perkasa lagi Maha Terpuji” (QS Ibrahim, 1).
Jika kita memikirkan sejenak ayat-ayat dari surat Al ‘Alaq tadi dan kisah turunnya yang menduduki posisi sebagai syiar akan bersambungnya kembali hubungan langit dengan bumi setelah beberapa masa vakum dari risalah samawiyah dan para Rasul, maka kita akan mendapati ayat-ayat ini dengan jelas mengajak manusia kepada aktifitas membaca dan keharusan menuntut ilmu sebab ayat-ayat dan peristiwa tersebut menyiratkan suatu pandangan bahwasannya ilmu adalah perantara yang prinsipil untuk mengetahui Sang Pencipta, pondasi kebangkitan masyarakat dan penopang berdirinya peradaban yang adigung adiluhur.
Tersirat pula di dalamnya bahwa upaya mendapatkan ilmu itu membutuhkan ketabahan, pembiasaan, kesabaran, ketaatan terhadap guru dan memiliki komitmen dengan ucapan gurunya. Dan sungguh Rasulullah SAW telah menjadi tauladan di dalam hal tersebut ketika beliau merespon wahyu tersebut dan melaksanakan segala yang telah sampai pada beliau tanpa keraguan dan penundaan.
Tindakan malaikat Jibril mengajari Alquran kepada Rasulullah SAW pertama kalinya dengan memeluk Beliau SAW dengan kuat, lalu kemudian melepaskannya lagi dan terus demikian sampai berulang tiga kali, padahal pada setiap pelukannya Rasulullah saw merasa beliau akan mati akibat rasa sakit yang begitu kuat dari pelukan dan himpitan malaikat Jibril yang luarbiasa kuatnya, ini memiliki tujuan agar Baginda Rasulullah SAW mengetahui kadar dan nilai ilmu dan juga menunjukkan hikmah bahwa proses menimba ilmu dan menerima pengajaran itu wajib dilakukan dengan kesadaran penuh dan perhatian yang sempurna. Ayat-ayat Alquranul karim ini mengajak seluruh kaum muslimin untuk belajar dan mengajarkan serta mendorong mereka untuk membaca menerima ilmu dan mengambil faidah darinya. Maka Nabi Muhammad SAW pun menjadi obyek khithab dari ayat : “dan katakanlah: "Ya Tuhanku, tambahkanlah kepadaku ilmu pengetahuan" (QS Thaha, 114).
Dan umat Beliau SAW juga menjadi obyek khithab ayat “"Hendaklah kamu menjadi orang-orang rabbani, karena kamu selalu mengajarkan Al Kitab dan disebabkan kamu tetap mempelajarinya “ (QS Ali Imran, 79).
Dan pelaksanaan anjuran belajar dan mencari ilmu itu adalah dengan menggunakan akal , penginderaan, dan seluruh potensi yang ada, Allah SWT berfirman :
“Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur” (QS An Nahl, 78).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar