Menulis untuk mengingat, Menulis untuk menyusun, Menulis untuk ingatan yang tersusun.
Sabtu, 04 November 2017
Cara Pandang Berbeda
Diantara ratusan santri kawan-kawannya di pesantren, mungkin dia adalah anak muda yang beruntung. Dia sangat bersyukur telah dianugrahi Allah suara merdu nan indah dalam melantunkan ayat-ayat suci Al qur'an. Tidak semua orang ataupun santri memiliki bakat sepertinya.
Terbukti, dalam berbagai macam event perlombaan baca quran tingkat lokal, dia selalu menjadi delegasi andalan dari pesantrennya. Entah sudah berapa piala dia bawa pulang dari beberapa ajang perlombaan tersebut.
Rabu, 16 Agustus 2017
Aku Layang-Layangmu
Mereka bilang kau adalah surga
Hijaumu sejukkan mata
Birumu terhampar indah
Hutan berjubah
Gunung pun semakin gagah
Mereka bersyair
Mereka berpuisi
Berlomba menjelmakanmu dalam uraian kata
Bagiku kau tak hanya sekedar umpama
Bukan khayalan dongeng yang tak dapat tersapa
Terbentang lebar samudra
Dan luasnya benua
kini ku sementara jauh darimu
"Pergilah", katamu
Terbanglah ke angkasa
Namun kau tetap dalam genggaman
Ku ulur terus benang panjang ini
yang terikat di tali kama yang melelai di dadamu
Rengkuhlah birunya langit
Kutetap kendalikan dirimu agar tak singit
Pujian Hati
Pagi itu, dengan (tanpa) sengaja, netraku beradu pandang dengan netranya.
Sepersekian detik hati ini spontan tersesaki decak kagum perihal pesonanya. Berawal dari mata yang tersihir elok parasnya.
Dari mata tergelincir turun ke hati.
Seperti itu. Sesimpel itu.
Tapi..
Tidak! Hati ini berpaling.
Bergeser dari mainstream bagaimana selaiknya pujian dan sanjungan itu teralamatkan.
Sifat khianat yang kukira sudah terkubur dalam-dalam dan mati, ternyata samar-samar kembali menjalar menjajah fikiranku.
"Itu semua hanya karna dirimu sendiri", bisiknya lewat semilir angin yang mendesir.
Andai
Andai kalian enggan membanting tulang
Andai kalian selalu berayun kaki berpangku tangan
Bersembunyi di balik selimut keraguan
Menyembunyikan segala jiwa keberanian
Bagaimana nasib negri kita sekarang
Namun, dengan tingginya semangat juang
Kalian tanggalkan pakaian kegelisahan
Kalian kenakan jubah kepahlawanan
Kalian hilangkan perbedaan yang memisahkan
Dengan sumpah yang menyatukan
Menjadikan satu Indonesia
Satu bangsa
Satu bahasa
Satu tumpah darah
Terima kasih pemuda
Kini perjuangan kalian terbebankan di pundak kami
Para pemuda masa kini
Tuk mencerdaskan kehidupan bangsa ini
By : @luthfimrzuky
*alhamdulillah.. puisi ini (walaupun sangat sederhana hehe..) pernah meraih juara 1 lomba puisi yg diadakan Forum Lingkar Pena (FLP) cabang Hadramaut dlm rangka mengenang "Sumpah Pemuda".. semoga bisa jadi pecut pribadi utk terus berkarya meskipun sederhana...
Langganan:
Postingan (Atom)