Rabu, 28 Desember 2016

SELAMAT BERJUANG


==================

Ia kejam. Bahkan ganas, sadis juga bengis. Mendesak jiwa raga tuk -sukarela ataupun terpaksa- siaga demi menyambutnya, minimal separuh purnama sebelum kedatangannya. Tiba-tiba saja namanya melejit. Menjadi buah bibir yg patut dihiraukan pun diingat.

Kini, tebaran terornya mulai tercium. Getarannya kian terasa. Menggegar relung sanubari dalam hati. Menggertak setangkup rival yg tak siap bertanding dengannya. Namanya lebih akrab di telinga Kawan-kawanku di Indonesia dg sebutan ujian akhir semester. Disini, kami menyebutnya ikhtibar fashli.
Sebegitu menyeramkankah parasnya ?

Pantas saja, salah seorang dosen kami, Dr. Musthofa bin Smith mengujarkan, "Al Ikhtibar ma'rokah, wa likulli ma'rokah la budda minasy syuhada'" (Ujian -di Univ. Al-Ahqof- bak peperangan, dan di setiap peperangan harus ada orang2 yg syahid di dalamnya) lantas tersenyum mengembang.

Tegang. Berdebar-debar. Mencekam.
Ku yakin, tak seorang pun dari kita berangan-angan tuk jadi 'syahid' lantaran gempurannya. Tergeletak pasrah tak berdaya di bawah injakan sepatu besinya.

Namun, tunggu. Sejatinya dia baik. Bahkan sangat baik sebab hadirnya merupakan momentum pembuktian. Tanpanya, kau hanyalah prajurit picisan.
Lantaran tak kan lahir ksatria hebat tanpa peperangan.
Dan tak disebut pahlawan superior tanpa pertempuran.
Sebab, ujian adalah penggemblengan mental, pembentukan karakter dan penajaman fikiran.
SELAMAT BERJUANG, kawan! :')

*m.luthfi-srbya
tarim, 291216



Kenangan bersama rektor univ. Al Ahgaff, Prof. Dr. Habib Abdullah Baharun

Selasa, 26 April 2016

BELIAU (3)

Di antara rentetan acara milad beliau malam itu -yang merupakan acara terakhir- adalah pemberian bingkisan sebagai hadiah yang harapannya dapat membuat senang hati beliau, kendati semuanya tak akan ada apa-apanya jika dibandingkan dengan jasa warisan ilmu serta pendidikan tulus dari beliau.

Termasuk hadiah malam itu adalah :
Beberapa bingkisan berupa obat-obatan, buah² segar, bumbu² dapur,  dan peralatan² lainnya seperti kotak obat & makanan yang dipakai saat di perjalanan.

Selain itu ada hadiah pelengkap, berupa buku kumpulan karya tulis insya' berbahasa Arab dari santri kelas pasca.

Bersama 2 rekan se-kamar, Ust Rizalul Furqon dan Ust IbadurRahman, kami juga menyusun sebuah kitab kecil dengan judul "al-mabadi' at-tajwidiyyah".
Sesuai namanya, kitab kecil ini membahas ilmu² dasar tajwid berisi keterangan dan tanya jawab berbahasa Arab, sebagai pelengkap dari kitab tajwid Abah Yai. Sasarannya adalah beberapa TPQ dan madrasah diniyah yang mengaji al qur'an dan bahasa Arab.


Sekalipun masih jauh dari kata sempurna, dan banyak kekurangan di sana-sini, harapannya adalah karya yang -sekalipun- kecil ini dapat melukiskan secercah senyum bangga di wajah beliau.
Amiin.

Akhiron, semoga kita selaku santri² beliau dapat menjadi santri yg beliau banggakan di hadapan Allah dan Rosululloh. Kita juga berlindung pada Allah agar tidak menjadi santri yang tidak beliau akui. Sebagaimana perkataan Qoys "al majnun" :

كُلٌّ يَدَّعِي وَصَلاً بِلَيْلَى … وَلَيْلَى لَا تُقِرُّ لَهُمْ بِذَاكَا

(Kullun yadda’i washolan bi Laila… Wa Laila la tuqirru lahum bidzaakaa)

Semua orang mengaku punya hubungan cinta dengan Laila…
Namun Laila menolak pengakuan mereka itu…


Miladukum sa'id , ya sayyidi al-walid ...
*MuhammadLuthfi
#latepost
pas rihlah cangar. Hehe... ⊙▽⊙





BELIAU (2)

*Catatan cinta dari peringatan milad murobbiy arwahina KHM Bashori Alwi

Peringatan milad beliau yang ke 89 M / 91 H kali ini, diadakan pada malam jum'at (14/4) ba'da sholat maghrib berjamaah di aula pesantren. Hadir dalam acara tsb seluruh santri tetap, asatidz dalam, sebagian asatidz senior dan juga beberapa alumni baik yang baru maupun alumni lama.

Diawali dengan bacaan ummul kitab yang dipimpin langsung oleh beliau, Abah Yai Bashori. Dilanjutkan dengan pembacaan ayat-ayat suci al qur'an yang dilantunkan oleh ust Maman Sulaiman.

Usai qiro'ah, disambung dengan 'taqdimul kulaimat' / penyampaian sambutan-sambutan. Sambutan pertama datangnya dari al ustadz Gus Abdulloh Murtadho, mewakili keluarga ndalem. Dilanjutkan oleh Prof. Dr. Nurul Murtadho dan Gus Ali Mustofa yang menyampaikan sambutannya mewakili alumni PIQ. Gus Anas Bashori yang datang belakangan juga sempat menyampaikan sambutannya.
Merupakan acara inti yakni mauidhoh hasanah sekaligus ditutup dengan do'a oleh Abah Yai Bashori. Berikut ini sekelumit coret-coretan saya me-review kembali sambutan² dan mauidhoh tersebut. Semoga ada manfa'at dan faedahnya :


1.) Ust Abdullah Murtadlo:

Beliau mengawali sambutannya dengan mengucapkan salam, pujian dan sholawat kepada Rosululloh. Melanjutkannya dengan menyapa audiens secara runtut dimulai dari kakeknya, Kyai Bashori, asatidz senior, dan seluruh hadirin.

"Kita patut bersyukur kepada Allah Ta'ala sebab sampai saat ini, di usia beliau yang ke 81 M / 91 H, kita masih diberi kesempatan untuk bermu'asyaroh, mengaji dan memandang wajah beliau"

Lantas beliau, ustadz Murtadla menyitir kalam al habib Ali al habsyi, shohibu simthid duror, yang berbunyi :
أيامنا مع شيخنا خير من الأعياد
{hari-hari kita bersama guru kita adalah lebih baik dan lebih utama dari beberapa hari raya}

"Beliau sayyidul jid tercinta adalah sosok teladan yang istiqomah, sabar dan pembimbing ruh dan jasad. Semoga di usia senjanya semakin bertambah keberkahan dan tetap keistiqomahan di dalam menegakkan dan menyebarkan agama Allah dibawah panji Rasulullah saw. Dan patutlah sangat bersyukur kepada Allah karena beliau masih berada di tengah-tengah kita untuk melaksanakan tuah guru beliau dalam menzakati ilmu, mendidik kita tentang ilmu dan adab".

Dan di akhir sambutan beliau membacakan sebuah syi'ir yang beliau gubah sendiri. Syi'ir ini adalah sebagai hadiah khusus dari beliau pribadi, dan juga sbgai bentuk "idkholus surur" / membuat bungah hati kakek sekaligus guru tercinta beliau. Untuk menunjukkan sudah sampai mana beliau belajar bahasa Arab, bahasa firman Tuhannya. Pelajaran dasar beliau dapatkan dari kitab fenomenal karangan kakeknya sendiri, "Madarijud durus al 'arobiyyah", dilanjutkan dengan belajar kitab² berbahasa Arab lainnya, hingga mengembara berburu ilmu sampai ke negri sejuta wali, hadromaut - Yaman. Harapannya semoga beliau tersenyum bangga melihat cucu sekaligus muridnya atas syi'ir gubahannya. Begini bunyinya :

يا من يأتي بالتأديب في الصغر # يا ابن علوي يا من يسمى ببصري
فؤادي أعطانيه ربي ملَان بسرور # و فرح بحبك يا ذا الصوت الجميل

Wahai orang yang mendidik adab yang baik sedari kecil # Wahai putra Alwi yang bernama Basori
Hatiku dianugrahi Tuhanku penuh dengan kabahagiaan # Dan kegembiraan di dalam mencintaimu wahai pemilik suara yang merdu

Begitulah syi'ir yg beliau bacakan malam itu. Namun selang beberapa hari berjalan, ada sedikit revisi sebab menurut beliau ada yang kurang serasi rimanya. Hasilnya :



2.) Ust Nurul Murtadlo :

Beliau mengawali sambutannya dengan menceritakan tentang keuletan belajar beliau serta kesuksesan dalam karir pendidikan beliau hingga bergelar professor doktor dalam bidang linguistik atau kebahasaan. Beliau sudah melanglang buana ke berbagai negara untuk seminar berbahasa Arab dan Inggris. Sebut saja Sudan, Mesir, Tunisia, Arab saudi, Filipina, sampai USA dll . Buku-buku dari hasil goresan tangan beliau pun sudah banyak dihasilkan. Beliau menceritakan semua itu tidak lain semata-mata untuk memberikan motivasi kepada para santri untuk selalu giat dalam belajar.

"Lha lek murid'e ae dadi guru besar, berarti guru ne iku (Yai Bashori, red) gurune guru besar"

Lantas, di akhir sambutan beliau berpesan agar para santri memperkaya bahasa dengan mempelajari lebih dari satu bahasa. Beliau juga berkata :
"Termasuk nasehat guru² terdahulu adalah : dalam masa studi sekarang carilah ilmu segiat-giatnya hafalkan sebanyak-banyaknya tanpa mikir mbesok mau jadi apa. Urusan esok akan jadi apa, serahkan semua kepada Allah, yang penting tetap ikhtiyar dan tawakkal"


3.) Gus Ali Musthofa :

Setelah mengucap salam, rasa syukur dan penghormatan sebagaimana lazimnya sebuah sambutan, dengan ketawadhu'an dan sifat humorisnya beliau nyeletuk :
 "Ini mungkin panitianya sengaja mengundang 2 alumni yg saling bertolak belakang. Yang pertama alumni prestasi satunya alumni frustasi. Satunya sudah keliling dunia satunya keliling 7 keliling, pusing maksudnya". Spontan, gelak tawa pun tak terhindarkan di aula pesantren malam itu.

"Kalau semua ditangani oleh ahlinya hasilnya tidak akan sia-sia. Beliau KHM Basori Alwi adalah seperti seorang koki handal yang apapun bahan makanan kalau diracik beliau pasti akan jadi makanan yang lezat. Siapapun yang pernah belajar kepada beliau pasti hidupnya akan berhasil dan berkah dengan syarat tetap konsisten mengikuti manhaj beliau dan tidak melenceng. Jadi apapun kalian nantinya, akan menjadi seorang yang bermakna hidupnya, berkat beliau. Begitulah sosok murobbiy yang tak pernah luput di dalam mendoakan santri-santri beliau di setiap munajat dan sholatnya"


4.) Gus Anas Bashori

Beliau mengawali sambutan dg mengucap salam, pujian dan sholawat. Serta tak lupa menyapa hadirin dimulai dari ayahanda beliau dg sebutan "sayyidy al-walid".

Dari putra pertama, kakak beliau Gus Farid, Bu Saadah, alm Gus Anis, Gus Anas, Bu Hanik, Bu Ummu, Gus Rifat dst, beliau semua tidak pernah dikenalkan perihal ulang tahun. Tapi ketika datang milad beliau-beliau, abah yai mendoakan beliau dan ada sedikit selametan kecil²an bentuk tasyakkur. Menurut Gus Anas sebenarnya tidak ada istilah ulang tahun itu, yang ada yakni kurang umur. Karena semakin umur bertambah, maka semakin berkuranglah sisa hidup di dunia ini.

Gus Anas juga menyampaikan, di usia senja abahnya saat ini, beliaulah salah satu putra yang mem"back-up" undangan² abahnya di berbagai daerah. Namun beliau mengatakan bahwa beliau hanya bisa men-cover tidak lebih 10% dari kegiatan dakwah keliling ayahanda tercinta beliau. Beliau menjelaskan bahwa tidak ada bandingannya dengan apa yang dilakukan oleh ayahanda beliau yang istiqomah mengajar di berbagai tempat hingga sekarang ini. MasyaAllah.

Beliau gus Anas Bashori mendo'akan semoga kita semua menjadi santri yg bisa dibanggakan Abah Yai, apapun bentuknya.


•} KHM Bashori Alwi


Setelah mengucap salam, pujian dan sholawat, dengan suara sedikit serak namun lembut khas beliau, tak pernah lupa beliau memanggil seluruh santrinya dengan panggilan kasih sayang :

"Anak-anakku sekalian yang aku sayangi, aku cintai. Baik yg sudah mencapai sukses yg tinggi, juga yg telah sukses dakwah bermasyarakat dan yang lain² tanpa mengurangi penghormatan & kecintaan"

Memang dg kalimat "anak²ku" seperti inilah yg mesti beliau awali untuk memanggil santri² nya. Semenjak awal kali Allah mempertemukan beliau dengan saya, atau bahkan jauuh sebelum itu. Sebagaimana panggilan orang tua kepada anak kandungnya sendiri. Dan selalu beliau lanjutkan panggilan itu dengan doa indah :
"Yang semoga berbahagia di dunia dan akhirat"

Lantas, di awal mauidhoh, beliau menjelaskan bahwa di usia sepuh nya saat ini, kerap kali beliau lupa banyak hal. Bahkan terkadang di tengah² berdoa pun sempat terputus, karena lupa teksnya. Namun menurut beliau memang sudah waktunya beliau merasakan hal yg seperti itu. Manusiawi.
"Waman nu'ammirhu nunakkishu fil kholq..." (Barang siapa yg Kami panjangkan umurnya, maka Kami kurangi -kualitas- fisiknya...).
Termasuk tanggal lahir dan usia beliau sekarang pun beliau tdk ingat.
"Untung yg ndak lupa itu nama "mantan pacar" saya (bu nyai)".
Sontak saja, gemuruh tawa pun terlepas menyusul humor beliau tsb.

Beliau meneruskan mauidhoh hasanah dengan menceritakan masa belajar beliau di Solo kepada Kyai Dimyati al karim. Bagaimana beliau khidmah membersikan madrasah, menyapu dan 'mengangsu' air untuk memenuhi bak kamar mandi guru beliau. Kesemuanya itu beliau kerjakan atas inisiatif beliau sendiri, sehingga beliau dicintai oleh Kyai Dimyati dan Nyai Dimyati. Tiap pagi pun beliau dibuatkan kopi oleh Nyai Dimyati.

"Untung saja Kyai dan bunyai ndak punya anak perempuan. Kira² kalau punya yaa saya dijadikan mantu dan PIQ ndak akan ada".

Selepas belajar di madrasah beliau langsung membawa beberapa kitabnya ke toko kitab Kyai Dimyati dan meminta izin untuk membantu menjaga toko kitabnya. Di sela-sela waktu jika beliau tidak paham akan apa yang beliau pelajari, beliau tanyakan kepada kyai Dimyati. Beliau juga berinisiatif mengumpulkan mufrodat bahasa arab yang beliau kelompokkan sesuai dengan kategorinya, misal dapur, beliau mengumpulkan mufrodat benda apa saja yang ada di dalamnya, Sekolah, Ruang tamu, kamar, dst . Kalau beliau tidak tahu bahasa arabnya, beliau tanyakan kepada kyai Dimyati. Dari sinilah cikal bakal kitab madarij beliau bermula.

Seiring waktu berjalan, terjadi serangan Belanda. Termasuk kota Solo diduduki dan dijajah oleh mrk. Ini menyebabkan beliau harus kembali ke Malang. Sebelum pulang ke kampung halaman, kyai Dimyati mewasiatkan kepada beliau "Bashori... likulli syai'in zakatun wa zakatul ilmi at ta'lim", (segala sesuatu itu ada zakatnya dan zakatnya ilmu adalah mengajarkannya).
Dengan senang hati beliau terima wasiat itu dan tak terlupakan sampai detik ini beliau sampaikan kepada santri beliau yang hendak pamit boyong dari pesantren.

Setelah itu beliau pulang dengan perbekalan pakaian secukupnya dengan berjalan kaki melewati pegunungan, dari Solo ke Singosari, yang menempuh waktu satu bulan untuk sampai ke Singosari. Perbekalan pakaian beliau habis terjual di dalam perjalanan untuk mengganjal perut agar tetap kuat melakukan perjalanan pulang.

Ketika sampai di Singosari kala itu ternyata semua rumah dan bangunan yang ada di sana telah dibakar dan dibumi hanguskan oleh kolonial Belanda. Yang menakjubkan rumah beliau yang saat ini jadi pesantren ini tidak dibakar maupun dihancurkan namun menjadi markas tentara hizbulloh. Beliau menjelaskan bahwa ini semua karena berkah khidmah beliau kepada kyai Dimyati yang dilakukan tanpa pamrih. Walhasil, ternyata ketika beliau sampai di singosari ayah, ibu beserta keluarga sudah bertolak ke surabaya semua karena singosari kala itu juga sudah diduduki oleh Belanda.

Akhirnya beliau putuskan untuk menyusul & mengungsi ke Surabaya. Atas izin Allah beliau sampai di surabaya dengan aman dan selamat, tidak sampai tertangkap oleh kolonial belanda. Wasiat yang diberikan oleh kyai Dimyati terus tertancap kuat di dalam benak beliau, maka beliaupun mulai mengajarkan al quran kepada keponakan beliau. Karena beliau mengajarnya dengan suara lantang, maka banyaklah anak-anak yang datang dan sekedar menengok. Melihat hal itu, beliau menyuruh anak-anak itu ikut masuk dan ikut belajar.

Selanjutnya beliau juga mengisahkan tentang beliau dan anak seorang kaya raya bernama Shodiq. Dan benar saja, setelah beliau melaksanakan wasiat guru tercinta beliau yaitu menzakati ilmu dengan mengajar, sesuai dengan makna zakat yaitu an nama' (bertambah), maka bertambahlah segala sesuatu yang ada pada diri beliau, mulai dari kue klepon sampai diundang ke mana-mana untuk baca quran (Allah menganugrahi beliau suara yang merdu nan indah) dan diundang tausiah di berbagai tempat. Uangpun datang sendiri ke beliau tanpa harus beliau cari, sejak saat awal mengajar sampai sekarang beliau tidak bekerja dan hidup beliau dicukupi oleh Allah. Beliau berpesan agar berniat lillahi taala ketika mengajarkan ilmu tanpa ada embel-embel untuk mencari dunia serta tidak memberikan tarif kepada orang yang hendak belajar. Jangan berharap diberi uang, tapi kalau diberi diterima jangan ditolak karena itu adalah rejeki dari Allah, dalam bahasa jawa sering beliau sampaikan (Gak arep-arep, lek dikei yo arep).

Beliau menceritakan dulu juga pernah belajar bahasa inggris kepada ustadz Nasib waktu di surabaya hingga beliau mahir. Beliau ditugaskan negara untuk berkeliling ke sebelas negara untuk baca quran, termasuk negara yang dikunjungi adalah USA. Bahkan saat kembali dari tugas negara itu, beliau dapat berceramah dengan menggunakan bahasa inggris (speech) selama satu jam non stop. Namun, kata beliau, kemahiran berbahasa inggris beliau kini sudah hilang karena tidak pernah beliau gunakan, sambil bergurau beliau mengatakan bahwa hanya satu yang masih sangat beliau ingat yaitu kalimat "I Love You" (dengan fasih beliau ucapkan hingga mengundang tawa dari para santri dan alumni yang hadir malam itu).

Sebelum beliau mengakhiri mauidloh hasanah, beliau teringat sesuatu, yaitu ketika kecil beliau bersekolah di daerah Malang, sekolah ini adalah sekolah belanda sehingga para murid pun diajarkan bahasa belanda, namun beliau saat itu tidak mahir dalam bahasa belanda. Nah, ketika berangkat ke sekolah naik kereta, beliau menjumpai siswa-siswa yang lain di dalam kereta, mereka bercakap-cakap dengan menggunakan bahasa belanda, karena beliau tidak mau kalah dengan mereka, akhirnya beliau berbicara dengan bahasa arab fasih sehingga membuat para siswa itu terbengong dan takjub kepada beliau, padahal dalam hati beliau bergumam yang beliau ucapkan itu tidak lain dinukil dari maulid diba' yaitu lafad :
"sholatulloh ma lahat kawakib, alahmad khoiri marokiban najaib"
(beliau baca dengan lahjah fasih orang Arab), sontak, kelakar tawa terdengar memenuhi aula malam itu. Kemudian beliau tutup tausiah beliau dengan doa.

*MuhammadLuthfi
Singosari, Jumat 15 April 2016
#latepost

Sabtu, 23 April 2016

BELIAU (1)



Karpet merah terbentang memanjang rela tuk jadi pijakannya. Ratusan santri berjubah putih berjajar rapi siap menyambut kedatangannya. Saling menundukkan pandangan ke bawah, tanda ta’dhzim akan sosok pribadinya. Gemuruh lantunan qoshidah “thola’al badru” santer terdengar di seluruh penjuru aula. Bagai seorang raja yang dipandu pengawalnya...
Ah, tidak juga. Bahkan lebih dari sekedar raja. Semua orang pun patuh dan tunduk akan haibah dan wibawanya.

Yah, malam itu merupakan malam yang sangat spesial bagi siapapun yang hadir dalam majlis itu. Majlis indah. Majlis berkah. Majlis hammasah.

15 April, adalah hari dimana Allah menghadirkan di tengah-tengah kami, sosok pendidik sekaligus orang tua yang kami jadikan tauladan dan panutan hidup kami.

Malam itu, genaplah usianya menginjak angka 89 tahun Miladiyyah dan 91 tahun Hijriyyah. Namun di usia senjanya, beliau tak kehilangan kharismanya sebagai seorang pembimbing juga murobby.

Laksana pegunungan dengan hijau tanamannya. Sumber mata air dengan kesegaran airnya. Dan dataran tinggi dengan angin sepoi-sepoinya. Beliau pun tak akan pernah terlepas dari keseharian hidupnya dalam pengajaran dan pendidikan.
Seakan-akan sengaja beliau dilahirkan dan ditakdirkan oleh Allah sebagai seorang pengajar. Yang kan menghembuskan benih-benih al-Qur'an kepada bibit-bibit kecil di sekitarnya. Memupuk, menyirami dan memeliharanya dengan kasih sayang dan penuh cinta. Sehingga secara perlahan dan pasti bibit-bibit tersebut mulai tumbuh subur menjadi tumbuhan bernafaskan Al-Qur'an dan ilmu-ilmu ajaran islam, sampai bisa menjadi sebuah pohon besar yang mengayomi orang-orang yang berteduh di bawahnya. Dan memberikan manfaat bagi sekitarnya. -semoga- .

Rasa syukur kami ucapkan tiada terkira kepada Allah Ta'ala, yang telah mempertemukan dan menjodohkan kami dengan sosok tersebut dalam ikatan suci guru dan murid, yang kan kekal abadi di dunia dan akhirat nanti -insyaAllah- .

Tak lupa, kami pun selalu memohon kepada Allah agar memberikan beliau balasan terbaik dari sisi-Nya. Selalu meridhoi langkah hidupnya. Dan memanjangkan usianya dalam ta'at Allah dan Rasulullah, hingga dapat selalu membimbing dan mengarahkan hidup para santri dan pecintanya. Bukan hanya membimbing tuk mencapai kebahagiaan di negri fatamorgana bernama 'dunia'. Namun juga kebahagiaan abadi kelak di surga-Nya. Amiin. Ya Robbal 'alamin.

Sanah Hilwah Ya Abat Tholabah.
Syaikhy wa murobby, KH. M. Bashori Alwi



(*Tholibukum wa Muhibbukum :
~Muhammad_Luthfi
😇😇😇

#Latepost

Selasa, 05 Januari 2016

Mencium Rosululloh

Pagi ini , selasa (05-01-16) , ya , selasa , kalau di tanggal blog ini tertulis hari senin berarti memang tanggalnya telat sehari . agenda kami yang pertama adalah ziaroh sekaligus silaturrahim pd guru kami al ustadz Sholihin Jaiz , pengasuh pesantren Darut Thoyyibah , Singosari , alumnus PIQ dan murid langsung As sayyid Muhammad bin Alwi al maliki - Makkah .

Kami ziaroh ke 'ndalem' beliau karena telah mendengar kabar bahwa beliau hendak umroh sekaligus memenuhi panggilan putra yg juga kholifah Abuya Sayyid Muhammad , yakni Sayyid Ahmad . Setelah panjang lebar beliau menceritakan kehidupan Abuya , keilmuan , karomah , kata-kata mutiara serta cerita mengenai wafatnya beliau , yang langsung kami dengarkan dr saksi hidup yg telah mengetahui langsung karomah beliau ,
Setelah itu kami pamitan pd ust. Sholihin untuk kembali ke pesantren .

Agenda kedua setelah dr ndalem ust.Sholihin adalah menjenguk putra dari ust. Mukhlisin , salah seorg ustadz senior PIQ , di jalan Tumapel . Beliau mendapat cobaan bahwa putra beliau yg ke 7 yg masih bayi ditimpa sakit di kepalanya yg mengharuskan untuk operasi .

Saat aku dan rombongan akan masuk ndalem beliau , beliau sudah menunggu di gerbang dan akupun mencium tangan beliau . Lantas beliau berkata pada kami , " wah , iki rejekine arek2 iki " .

Dengan segenap rasa penasaran dan tanda tanya besar dalam hati , "apa maksudnya rejeki yg dikatakan beliau ya?" , akhirnya kami masuk dan ternyata di ruang tamu sdh ada beberapa org , sekitar 5 org . Di antara mereka ada seorang syekh yg ternyata datang dr negara Oman , di depan beliau ada lagi seorg laki2 paruh baya yg sepertinya merupakan 'tangan kanan' beliau . Setelah aku salaman dgnya , dia menunjukkan sebuah tabung dan memperlihatkan isinya padaku , seraya berkata " itu , kelihatan ya , ada satu helai di dalamnya , silahkan dicium " .

Setelah kuamati , di dalam tabung tsb terdapat sehelai rambut berwarna hitam kecoklatan , saat itu pun aku diberi tahu bahwa rambut tsb adalah rambut Rosululloh shollallohu 'alahi wa sallam !!!
Kemudian dengan penuh ta'dhzim dan rasa cinta mendalam, kucium itu sambil mata terpejam berkaca-kaca dan hati berdesir. MasyaAllooh .
Selain ada rambut Rosululloh , ada juga potongan kiswah ka'bah luar & dalam yg juga sempat kucium .

Aku jadi teringat cerita salah seorg sahabat nabi
bernama Ukasyah bin Muhsin yang memeluk Rosululloh , mempertemukan anggota tubuhnya dg anggota tubuh Rosululloh , karena dia tahu bahwa anggota tubuh Rosululloh tak akan mungkin tersentuh api neraka . Kurang lebih begini cerita lengkapnya : (maaf ya , copas , hehehe :D )

----------____(^_^)____---------

Menjelang Rosululloh Saw wafat , Nabi memanggil para sahabatnya untuk berkumpul. “Wahai kaum Muslimin siapakah diantara kalian yang pernah merasa teraniaya oleh si lemah ini, bangkitlah sekarang untuk mengambil Qhisos, jangan kau tunggu hingga kiamat menjelang, karena sekarang itu lebih baik dari pada nanti aku akan menanggung semuanya di akherat . Semua sahabat terdiam ,lalu berdirilah Sahabat yang bernama Ukasyah Ibnu Muhsin, “saya Ya Rosul….Saya akan menuntut hukuman Qhisas kepada mu Dulu aku pernah bersamamu di perang Badar. Untaku dan untamu berdampingan, dan aku pun menghampirimu agar dapat mencium Paha mu Saat itu engkau melecutkan Tongkat kepada untamu agar dapat berjalan lebih cepat, namun sesungguhnya engkau memukul lambungku” ucap ‘Ukasyah dengan lantang.

Baiklah Ya Ukasyah..aku kan terima hukuman Qhisas ini “Jawab Rosulululloh Saw, lalu Rosul menyuruh bilal mengambil tongkat Nya di rumah fatimah anaknya Rosululloh. Bilal bergegas menuju Rumah Fatimah untuk mengambil Tongkat Rosululloh, Apa yang akan dilakukan Ayahku dengan tongkatnya wahai bilal ” Tanya Fatimah. “Ada seoarang sahabat yang akan melakukan Qhisos Kepada Rosulululloh” Jawab Bilal. Dengan nada Marah Fatimah menjawab ” Siapa gerangan yang tega mengqhisos kepada Rosululloh “!! . Bilal tidak menjawab dan bergegas pergi untuk menyerahkan tongkat tersebut Kepada Rosululloh SAW.



Lalu Rosululloh Saw menyerahkan tongkat tersebut kepada Ukasyah bin muhsin, untuk segera melakukan qhisas terhadap Rosulululloh Saw. Lalu tiba-tibalah berdirilah Sahabat Abu bakar dan Umar, “Hai Ukasyah biar aku saja yang menggantikan Rosululloh untuk di qhisas kau pilih bagian mana saja sesukamu untuk kau pukul tongkat itu ke tubuhku “Kata Abu bakar yang sejak tadi menahan amarah karena tidak tega melihat rosululolloh akan di sakiti. “Jangan Hai Abu bakar Alloh telah menempatkan kedudukan dan niatmu di akherat nanti..duduklah ” Jawab Rosululloh. Bangkitlah Sayyidina Ali” Aku kemana-mana selalu bersama rosululloh, maka qishas lah aku …jangan kau qhisas Rosulullloh ” Kata Sayyidina Ali RA. “duduklah Hai Ali …Alloh juga telah menempatkan keduduan dan Niatmu ” Jawab Rosululloh. Tampilah cucu-cucu kesayangan Rosululloh Hasan dan Husein ditengah kerumunan Sahabat ” Kamu tahu kami adalah cucu-cucu rosululoh, biar kami saja yang kau qhisas itu sama saja dengan kau mengqhisas rosululloh ” kata Hasan husein .”duduklah kalian Wahai dua bola mataku.” kata rosululloh.

Suasana begitu tegang dan mengharukan ,karena semua sahabat tidak tega Manusia suci yang mereka cintai akan di cambuk dengan Tongkat oleh Ukasyah. Lalu Ukasyah meminta kepada rosululoh untuk membuka bajunya” Wahai Rosululloh sewaktu kau memukulku dengan tongkat, waktu itu aku sedang tidak pakai baju jadi aku minta kepada engkau untuk melepaskan Bajumu” kata Ukasyah. Lalu Rosululloh membuka bajunya terlihatlah Tubuh rosululloh yang putih bersih memancarkan cahaya, tiba-tiba Ukasyah memeluk tubuh putih tersebut sambil menciumnya dengan linangan air mata ukasyah yang menempel di tubuh rosululloh sambil berkata” Ya rosululloh siapa yang tega memukulmu…aku hanya ingin memeluk dan mencium tubuh sucimu agar tubuhku bisa terlindungi dari jilatan api neraka” Para sahabat yang sejak tadi manangis meyaksikan peristiwa tersebut berkumandang takbir Alloh huakbar…’ Wahai para sahabatku kalau kau ingin melihat penghuni surga dialah orangnya “kata rosululloh Saw sambil memeluk Ukasyah

------____------

Selain sahabat Ukasyah , ada juga sahabat nabi bernama Khalid bin Walid , seorang panglima perang islam yg sangat kuat , bahkan Nabi Muhammad menjuluki bwliau dengan julukan : "Saifulloh al maslul (pedang Alloh yg terhunus).

Beliau , sahabat Khalid bin Walid  bertabarruk dengan rambut ubun-ubun Rasulullah , ditaruh di dalam kopiahnya (songkok). Sahabat Kholid berkata: Saya tidak pernah mendatangi perang dengan membawa songkok tersebut (yang berisi rambut Rasulullah), kecuali setiap peperangan saya selalu diberi kemenangan” .

Alhamdulillaaah , hari yang berkah , insyaAlloh ,  bersama orang2 mulia. (*^_^*) (´ヮ`) (#^.^#) (*^▽^*)

   ...اللهم اجعلنا ممن يستوجب شفاعته يوم القيامة
امييين ، يا مجيب السائلين


*muhammad luthfi
Singosari-malang
\(^▽^@)ノ

Bukan ini tapi . Kalo ini nyari di mbah gogel :D

Salah satu putra ust.Mukhlisin

Alhamdulillaah [(^_^)]